Edukasi



APAKAH KEKERASAN MERUPAKAN CARA YANG ETIS DALAM DUNIA PENDIDIKAN ?
APAKAH DENGAN KEKERASAN DAPAT MENYELESASIKAN MASALAH ?

Akhir-akhir ini Kota Bima pusat sorotan pemberitaan Media Massa tentang Dunia Pendidikan, bukan karena prestasi apapun yang dihasilkan oleh Guru maupun Siswa, Namun disebabkan oleh beberapa tindakan represif dan tidak etis yang seharusnya tidak harus dilakukan. Peran Pendidik dan Pembimbing di beberapa sekolah Kota Bima yang sebelumnya sudah dibekali dengan Ilmu Pengetahuan Bimbingan dan Konseling ternyata tidak begitu maksimal, terbukti dengan hasil praktek siswa yang memicu emosi Guru dan berujung pada tindakan yang tidak etis dan represif. Dalam Satu Sekolah pasti ada lembaga yang bertugas dibidang Bimbingan dan Konseling dan itu merupakan alat yang akan mengarahkan hasil belajar siswa kepada pembetukan Pribadi yang punya nilai Positif, sehingga hakikat pendidikan yang Memanusiakan Manusia dapat kita capai bersama.

Berikut Kasus-Kasus Yang Akhir-akhir ini mencoreng Dunia Pendidikan di Kota Bima :

Jum'at 30 September 2011

Seorang Guru dilecehkan dan kejadian ini terjadi disekolah MTSN 1 Kota Bima yang notabene adalah Sekolah Agama namun yang dilakukan oleh Murid ini sama sekali tidak mencerminkan latar belakang dari sekolah tersebut yang berbasis Agama.

Wali Murid mengamuk dan menghajar sang Guru kemudian wali Murid tersebut menyuruh anaknya untuk menghajar sang Guru nya sendiri didepan seluruh siswa dan Guru-Guru lainnya disekolah tersebut,Dan yang lebih parahnya lagi adalah Kepsek Sekolah tersebut hanya lepas tangan sementara pihak kepolisian yang hadir disitu malah membiarkan kekerasan tersebut bukannya mencegah akan tetapi malah menonton.

Tanggal 12 Oktober 2011

Jahrudin, guru Geografi di SMA PGRI Kota Bima - Nusa Tenggara Barat yang  menampar dan menendang SY, siswi kelas dua di sekolah itu,. Sebelumnya, orangtua SY meluapkan amarahnya kepada Jahrudin di ruang guru.

Kasus ini bermula dari ulah SY yang bernyanyi-nyanyi saat Jahrudin tengah mengajar di depan kelas. SY mengeluh lapar dan ingin pelajaran segera diakhiri, karena dilihatnya kegiatan belajar-mengajar di kelas lain telah usai.

Jahrudin marah dan tindak penganiayaan itu pun terjadi. Tidak terima atas perlakuan gurunya, SY melapor kepada ayahnya. Kali ini, sang ayah naik pitam dan ganti menganiaya Jahrudin.






Tanggal 19 Oktober 2011
Praktik hukuman tidak etis  terjadi di lingkungan sekolah di Bima, Nusa Tenggara Barat. Kali ini sebanyak 12 murid kelas 3B MTs Negeri Tolobali, Bima, dihukum guru PPL lantaran bercanda saat pelajaran berlangsung.

Lantaran kesal, guru PPL dari Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan (STKIP) Bima bernama Junaidin ini memerintahkan muridnya membeli air minum gelas kemasan dan menyuruh mereka meludah ke dalam gelas plastik tersebut. Ironisnya, Junaidin menyuruh seluruh muridnya minum kumpulan air ludah tersebut. Sebanyak 12 siswa yang ketakutan terpaksa meminum air ludah kawan-kawannya, sementara rekannya menolak perintah itu.

Akibat ulah nyelenehnya ini, sejumlah wali dan orangtua murid, yang salah satunya anggota Kodim Bima, mendatangi sekolah dan meminta bertemu dengan guru tersebut. Salah seorang orangtua murid menasihati guru itu agar jangan sampai mengulangi perbuatannya karena sangat membahayakan kesehatan anak-anak didiknya.

Terkait kasus ini, pihak sekolah dan Kampus STKIP Bima berjanji akan segera melakukan pembinaan terhadap guru PPL ini supaya tidak mengulangi perbuatannya kelak jika menjadi guru.



3 Kasus tersebut diatas adalah pelajaran bagi kita semua, terkhusus Guru dan Calon Guru untuk kemudian dapat memaksimalkan peran Pendidik yang akan mendidik Generasi bangsa.

Apakah Telah Habis cara-cara yang manusiawi ?
Jika masih ada, maka tak ada alasan untuk mencontohi kasus-kasus diatas.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...