Selasa, 25 Oktober 2011

Perjuangan Mahasiswa

9 MAHASISWA STIKES MATARAM CABANG BIMA TERANCAM DIDROP-OUT (D.O) SETELAH MELAKUKAN AKSI KAMPUS

Aksi unjuk rasa mahasiswa STIKES Mataram cabang Bima, Senin (17/10), berbuntut panjang. Menyusul aksi tersebut, pihak kampus beraksi keras dengan memberi sanksi terhadap 9 mahasiswa dimaksud yakni dikeluarkan dari kampus. Namun keputusan ini sendiri masih belum final karena masih dirundingkan dengan pihak STIKES Mataram. Sembari menunggu kejelasan nasib 9 mahasiswa ini pun tak diizinkan masuk kuliah alias di skorsing.

Satkar Umara, salah seorang mahasiswa yang terancam dikeluarkan sekaligus orator, awalnya ia mendapat informasi tersebut dari sejumlah kawannya via sms. Dalam sms tersebut, disampaikan jika ia dan 8 orang kawannya yang berunjuk rasa dikeluarkan dari kampus. Namun saat itu ia sendiri belum mendapat kejelasan kebenaran isi sms dimaksud.

Hanya saja, katanya, melalui informasi itu pula diketahui jika salah seorang temannya, Ekawati asal Kabupaten Dompu juga telah resmi dikeluarkan. Menyusul adanya informasi ini, ia pun sempat mencoba memastikan dengan mendatangi tempat kos Ekawati. “Yang jelas, Ekawati asal Dompu telah resmi dikeluarkan,” ujarnya. Meski sedikit bingung, saat itu remaja berperawakan kecil ini mengaku mencoba menguatkan Ekawati jika pengeluaran tersebut tak bisa begitu saja bisa dilakukan oleh pihak kampus. Pasalnya, jika hendak mengeluarkan mahasiswa harus melalui surat resmi bukan sekedar mencoret nama dalam absen.

Namun demikian ia sendiri masih ingin membahas dan menanyakan kejelasan dengan pihak kampus. Jika saja benar dikeluarkan, katanya, tentu ia dan kawan-kawannya akan menggelar aksi solidaritas yang digagas langsung oleh organisasi eksternal yang menaunginya.

Ditambahnkannya, sesaat setelah dilakukannya aksi unjuk rasa, memang dilakukan pertemuan antara pihak kampus dan pendemo. Dalam pertemuan itu pun, pihak kampus akan memenuhi 4 tuntutan yang disuarakan. “Tapi saat itu tak disebutkan akan diberi sangsi,” ujarnya.

Sementara itu, Bendahara STIKES Mataram cabang Bima, Sigit, yang dikonfirmasi terkait penyelesaian masalah aksi unjuk rasa mahasiswa tersebut awalnya enggan berkomentar. Pasalnya, saat ini pihaknya tengah mencari solusi dengan melakukan koordinasi dengan pihak STIKES Mataram. Namun ketika ditanya tentang kebenaran pengeluaran mahasiswa seperti yang disebutkan ia justru membantahnya. Terlebih memberi ancaman akan dikeluarkan. Pasalnya, yang berhak untuk mengeluarkan yakni pihak Mataram.

Namun demikian, dirinya mengakui jika unjuk rasa tersebut merupakan salah satu bentuk pelanggaran di Kampus STIKES. Terlebih sebelum melakukan aksi demo tak ada konfirmasi baik secara lisan maupun tertulis dari pendemo.

Selanjutnya, pihaknya menargetkan akan mendapat jawaban dari STIKES Mataram secepatnya. Ketika ditanya apakah pengeluaran tersebut merupakan keputusan final dan tak ada tahapan-tahapan penyelesaian? Dikatakannya bagi mahasiswa yang melanggar memang ada tahapan-tahapan yang diterapkan. Hanya saja dalam konteks ini, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sambil menunggu keputusan dari Mataram, imbuhnya, 9 mahasiswa ini berikan skors selama 1 minggu.

Sementara itu, mengenai adanya tindakan kekerasan yang sempat terjadi di Kampus saat aksi unjuk rasa berlangsung, Sigit menyebutkan jika tindakan tersebut bukan merupakan tindakan kekerasan, melainkan baru merupakan percobaan. Menurutnya, tindakan tersebut wajar saja terjadi, pasalnya saat itu pihak yang bersangkutan baru saja datang namun langsung ada unjuk rasa.

Selanjutnya, terkait tuntutan mahasiswa yang salah satunya menyoroti kenaikan biaya operasional yang meningkat secara drastis, juga ditanggapinya. Menurutnya, biaya operasional di STIKES Mataram Cabang Bima sama dengan biaya di Mataram. Selanjutnya, jika dilihat dari lulusan, STIKES tentunya mencetak alumni Kebidanan dan Keperawatan yang pada hakikatnya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan ini tentunya berubah-ubah sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya berpengaruh pada biaya praktikum di rumah sakit.

Kenaikan ini pun, tambahnya, dilakukan terhadap para mahasiswa baru bukan pada pertengahan semester. Kenaikan tersebut juga telah disosialisasikan dan ditandatangani oleh mahasiwa dengan didampingi oleh orang tua. “Biasanya kita naikkan pada mahasiswa baru,” katanya. Sehingga, dirinya merasa heran lantaran pendemo merupakan mahasiswa semester III yang tentunya tidak mengalami kenaikan. Oleh karenannya secara pribadi, akunya, dirinya menduga jika aksi unjuk rasa ini sendiri ada yang menunggangi serta adanya sentimen pribadi dari pihak-pihak yang merasa sakit hati.


BERGERAK NetNews BIMA.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...